Kebijakan Pemerintah Kirim Atlet Lapis Dua Di Sea Games Untungkan Jatim

josstoday.com

Waketum KONI Jatim, Irmantara Subagjo (kanan), saat memberi paparan dalam acara Diskusi Pokja Wartawan KONI Jatim di Hotel Grand Dafam, Surabaya, Kamis (20/12/2018). (Josstoday.com/Fariz Yarbo)

JOSSTODAY.COM - Kebijakan pemerintah yang akan mengirimkan atlet-atlet nasional lapis kedua di ajang Sea Games 2018, dinilai menguntungkan Jawa Timur untuk dapat kembali menjadi penyumbang medali terbanyak.

Sebelumnya, kebijakan ini diambil oleh Wakil Presiden Republik Indonesia (RI), Jusuf Kalla, setelah menggelar rapat terbatas dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga.

"Hari Senin bapak Menteri melakukan rapat terbatas dengan Wapres, dan telah disepatakati bahwa pelaksanaan Sea Games nanti lapis dua yangdikirim. Lapis pertama harus muncul di Olimpiade. Harus lebih banyak meraih emas di olimpiade. Sehingga kita fokus Sea Games membawa atlet lapis dua," ujar Staf Ahli Kemenpora Bidang Hukum, Samsudin, dalam acara Diskusi Pokja Wartawan KONI Jatim di Hotel Grand Dafam, Jl. Kayoon, Surabaya, Kamis (20/12/2018).

Hal itu disambut baik oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur Jatim. Wakil Ketua Umum IV KONI Jatim, Irmantara Subagjo menjelaskan, jika keuntungan itu didapat karena pembinaan usia muda yang dilakukan KONI Jatim jangka panjang.

"Sejak awal kita menjadikan PORPROV (Pekan Olahraga Provinsi) sebagai sarana menjaring atlet muda. Karena itu, kita tetapkan usianya dibawah 21 tahun. Nah, atlet potensial itu kita asah lagi dalam Puslatda," paparnya.

Selain itu, menurutnya sudah banyak atlet-atlet muda yang telah memberi bukti layak untuk masuk dalam skuad Pelatnas Indonesia. Ia mencontohkan seperti perah medali perunggu di Kejuaraan Dunia Wushu, yakni Daffa Golden Boy.

Pria yang akrab disapa Ibag itu menjelaskan, jika langkah ini dinilai strategis karena banyak atlet di Pelatnas yang mungkin sudah melewati masa emasnya. "Jangan sampe misalkan ada Eko (Eko Yuli Irawan, angkat besi) ini tampil di Olimpiade, terus tampil di Asian Games, terus tampil di Sea Games, tampil di PON, bahkan tampil di PORPROV. Meskipun diaturan tidak ada, namun ini akan mematikan pembinaan kita," jelasnya.

Lebih lanjut, kata Ibag, Indonesia harusnya malu dengan potensi SDM yang cukup besar namun gagal mencetak atlet berprestasi. Hal ini berbanding terbalik dengan Singapura negara yang 10 kali lebih kecil dari Indonesia, yang kini bisa membuktikan diri dengan prestasi yang dicapai.

Senada dengan Ibag, Eko Yuli Irawan, mengaku jika pembinaan sejak dini sangat penting karena untuk membentuk atlet beprestasi membutuhkan biaya besar dan waktu cukup lama.

"Kalau bisa jangan atlet muda masuk karena untuk menggantikan seniornya yang pensiun. Tapi atlet muda harus bisa mengalahkan seniornya untuk bisa mendapat tempat utama," ujar juara dunia angkat besi 2018 itu. (ais)

KONI KONI Jatim Sea Games